Keruhkan Air, lalu memancing
Semua
orang lagi asyik menyantap makan siang di warung Bu surti, ketika Ujang
datang-datang membanting pecinya ke atas meja.
"cobe
liat ditipi tuh? Ape
benar?"
"ape
hal, nih?"
"Pilpreslah! Ape agik?!"
"Kenape tuh pilpres?"
"Jelas soal itungan cepet itulah! Saye dari
tadi ganti-ganti jak tuh saluran tipi, masak
dua stasiun tipi bise siarannye bede-bede gitu?
Barang yang diitung same, kan?
Mana mungkin hasilnya kayak bumi dan langit, stasiun yang kiri pemenangnye pasangan
Parjo-Parno,
stasiun yang kanan pemenangnya pasangan Paimin-Ngatimin. Mane mungkin? Terus masing-masing saling klaim
kemenngan lagi tuh"
"Kenape enggak mungkin?"
"Ibarat ngitung ayam, letakanlah
jumlah ayamnye 1.000,
boleh jak
bede. Yang satu itungannye ayam itam 600,
ayam putih 400, lainnye ayam
item 650, ayam putih 350, pasti salah satunye salah,
tapi itu biase! Kalau
terbolak-balik abis, itu kesalahan yang disengaje!"
Orang-orang tertegun, tapi tetap melanjutkan makan siangnye.
"Wah, ati-ati jang, salah-salah dituduh memfitnah"
Mata Ujang masih
menyelusuri wajah-wajah di warung Bu Surti. Mereka
semua memang sering makan di situ karena Bu Surti selalu
berjiwa besar terhadap utang! Tampaknye tidak
ada wartawan, dan juga intel.
"Kenapa disebut kesalahan yang disengaja? Karena ini
memang siasat, dijalankan kalau-kalau dalam pilpres tidak menang."
"Kenapa begitu jang?"
ujar Hasan sambil mencomot tempe, "Bukannya yang menentukan kalah dan
menang itu rakyat?"
Ujang menarik
napas panjang.
"Orang itu lain-lain San, ada yang meskipun berjuangnya
pol tetap patuh kepada aturan main. Ada yang mengusahakan segala cara untuk
menang karena aturan main yang ada cuma bagian saja dari permainan doi."
"Permainan?"
"yelah, politik
itu permainan! Dalam permainan ini yang dicarinya adalah kemenangan demi
kemenangan itu sendiri. Jadi, aturan permainan yang berlaku hanyalah tahap
pertama dalam permainannya, menang syukur, kalah tetap berjuang untuk menang.
Langkah-langkahnya: (1) mengaburkan dulu hasil kemenangan dengan hitung cepat
tandingan, yang diharapkan didukung seluruh pemilih setia ataupun yang
berkepentingan; (2) hasil langkah pertama: kekeruhan, sebisa mungkin dikeruhkan
lagi dengan daya dorong media massa. Meski KPI sudah melarang siaran, tetap
bisa jadi modal menyambut hasil resmi dengan (3) ilmu ngeyel, yakni menolak
hasil resmi, yang dengan dukungan para pemilihnya berpotensi dikembangkan ke
segala arah, syukur-syukur menciptakan keadaan darurat yang membuat hasil
pilpres tidak berlaku."
Semua orang ternganga.
"Omong-omong, ini nyang mane jang?"
"Apenye?"
"Nyang mau menang sendiri itu?"
Ujang
tersenyum sok tau.
"Ada, deh!
**Apriadi
(Orang Biasa)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar