Selasa, 30 April 2019

Keruhkan Air, lalu memancing



Keruhkan Air, lalu memancing




Semua orang lagi asyik menyantap makan siang di warung Bu surti, ketika Ujang datang-datang membanting pecinya ke atas meja.

"cobe liat ditipi tuh? Ape benar?"

"ape hal, nih?"

"Pilpreslah! Ape agik?!"

"Kenape tuh pilpres?"

"Jelas soal itungan cepet itulah! Saye dari tadi ganti-ganti jak tuh saluran tipi, masak dua stasiun tipi bise siarannye bede-bede gitu? Barang yang diitung same, kan? Mana mungkin hasilnya kayak bumi dan langit, stasiun yang kiri pemenangnye pasangan Parjo-Parno, stasiun yang kanan pemenangnya pasangan Paimin-Ngatimin. Mane mungkin? Terus masing-masing saling klaim kemenngan lagi tuh"

"Kenape enggak mungkin?"

"Ibarat ngitung ayam, letakanlah jumlah ayamnye 1.000, boleh jak bede. Yang satu itungannye ayam itam 600, ayam putih 400, lainnye ayam item 650, ayam putih 350, pasti salah satunye salah, tapi itu biase! Kalau terbolak-balik abis, itu kesalahan yang disengaje!"

Orang-orang tertegun, tapi tetap melanjutkan makan siangnye.

"Wah, ati-ati jang, salah-salah dituduh memfitnah"

Mata Ujang masih menyelusuri wajah-wajah di warung Bu Surti. Mereka semua memang sering makan di situ karena Bu Surti selalu berjiwa besar terhadap utang! Tampaknye tidak ada wartawan, dan juga intel.

"Kenapa disebut kesalahan yang disengaja? Karena ini memang siasat, dijalankan kalau-kalau dalam pilpres tidak menang."

"Kenapa begitu jang?" ujar Hasan sambil mencomot tempe, "Bukannya yang menentukan kalah dan menang itu rakyat?"

Ujang menarik napas panjang.

"Orang itu lain-lain San, ada yang meskipun berjuangnya pol tetap patuh kepada aturan main. Ada yang mengusahakan segala cara untuk menang karena aturan main yang ada cuma bagian saja dari permainan doi."

"Permainan?"

"yelah, politik itu permainan! Dalam permainan ini yang dicarinya adalah kemenangan demi kemenangan itu sendiri. Jadi, aturan permainan yang berlaku hanyalah tahap pertama dalam permainannya, menang syukur, kalah tetap berjuang untuk menang. Langkah-langkahnya: (1) mengaburkan dulu hasil kemenangan dengan hitung cepat tandingan, yang diharapkan didukung seluruh pemilih setia ataupun yang berkepentingan; (2) hasil langkah pertama: kekeruhan, sebisa mungkin dikeruhkan lagi dengan daya dorong media massa. Meski KPI sudah melarang siaran, tetap bisa jadi modal menyambut hasil resmi dengan (3) ilmu ngeyel, yakni menolak hasil resmi, yang dengan dukungan para pemilihnya berpotensi dikembangkan ke segala arah, syukur-syukur menciptakan keadaan darurat yang membuat hasil pilpres tidak berlaku."

Semua orang ternganga.

"Omong-omong, ini nyang mane jang?"

"Apenye?"

"Nyang mau menang sendiri itu?"

Ujang tersenyum sok tau.

"Ada, deh!





 **Apriadi
(Orang Biasa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar